Spotlight : Ketika Media
Membongkar Kejahatan
Awal tahun 2002 masyarakat Boston digemparkan dengan dengan headline dari koran lokal “The Boston Globe”. Melalui sebuah tim yang dinamai Spotlight secara gamblang The Boston Globe mengungkap pelecehan seksual yang dilakukan oleh pendeta-pendeta gereja katolik di seluruh dunia terhadap ratusan anak dibawah umur dan telah dilakukan selama 15 tahun. Headline dengan judul “ Church allowed abuse by priest for years” membuat warga Boston khususnya korban pelecehan berani untuk mengungkap kejahatan yang selama ini ditutupi oleh gereja tempat mereka beribadah selama ini. Bahkan berita pengungkapan pelecehan seksual yang dilakukan oleh pendeta katolik bisa mengalihkan pemberitaan tragedi 11/9.
Kisah nyata tersebut menjadi materi dasar
film Spotlight. Film Ini di sutradarai oleh Tom McCharty dan John Singer. Spothlight adalah sebutan untuk tim
investigasi koran The Boston Globe.
Terdiri dari 4 anggota yaitu Walter Robinson (Michael Keaton), Michael
Rezendez, (Mark Rufallo), Sacha Pfeiffer (Rachel McAdams) dan Matt Carroll
(Brian d’Arcy James) tim Spotlight
biasa menuliskan berita investigasi untuk The
Boston Globe.
sumber : google.com |
Investigasi besar mengenai pelecehan
seksual yang telah dilakukan oleh pendeta-pendeta tersebut dimulai sejak The Boston Globe kedatangan editor baru
yaitu Marty Baron (Live Schreiber). Tim Spotlight
diminta secara eksklusif dan hati-hati mengungkap kasus rahasia tersebut.
Diawali dengan memperdalam kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh seorang
pendeta John Geoghan. Yang menjadi permasalahan adalah ketika Kardinal Law dari Uskup Besar Boston
diduga mengetahui hal itu namun malah mendiamkannya bahkan cederung menutupi
kejahatan yang dilakukan oleh para pendeta. Setelah mendapatkan perintah untuk
melakukan investigasi lebih dalam mengenai kasus pelecehan seksual yang
dilakukan oleh pendeta, tim Spotlight segera membuat rapat kecil dan membagi
tugas masing-masing.
Dari film Spotlight kita dapat belajar bagaimana para jurnalis mengumpulkan
data untuk liputan jangka panjang mereka. Masing-masing anggota Spotligth memiliki Job-desc terpisah : Rezendes bertugas untuk mengumpulkan data dari
pengacara yang mewakili para korban, Pfeiffer turun ke lapangan untuk melacak
dan mewawancarai langsung para korban, sementara Carroll membuka arsip-arsip
lama Boston Globe.
Untuk mengungkap kebenaran kasus pelecehan
seksual ini tim Spotlight membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Sulitnya
bertemu dengan pengacara yang menangani korban dan pengacara yang membela
gereja, serta tim Spotlight harus menggugat gereja agar data-data yang disimpan
rahasia bisa terbuka untuk umum. Apa yang dilakukan tim Spotlight tidaklah
mudah, karena dihadapi dengan masyarakat Boston yang mayoritas adalah pemeluk
khatolik taat.
Menggugat gereja untuk membuka dokumen
bukan satu-satunya cara yang dilakukan oleh tim Spotlight mendapatkan
informasi. Membuka dokumen-dokumen lama Boston Globe hingga membaca satu-satu
riwayat hidup pendeta yang bertugas di Amerika dan negara lainnya. Dari sana
tim Spotlight mendapatkan fakta bahwa ada 90 pendeta khatolik yang melakukan
pelecehan seksual terhadap anak-anak.
Dalam film ini kita diajarkan bagaimana
seorang jurnalis melakukan pendekatan terhadap narasumber yang relevan. Tidak
hanya melakukan riset, tapi tim Spotlight juga menggunakan akses pribadi untuk
mencari informasi sebuah peristiwa. Dari sana
kita dapat belajar bahwa seorang jurnalis haruslah pandai membangun
relasi dengan semua kalangan agar mempermudah dalam mencari informasi.
Melakukan pendekatan dengan cara bermain golf, menonton pertandingan baseball,
makan malam, datang kerumah hingga mendatangi kantor narasumber.
Dalam film ini kita juga dapat melihat
bagaimana sulitnya seorang jurnalis mengungkap kebenaran dengan segala
rintangan di dunia jurnalistik. Isu yang berpotensi kontroversial tersebut
membuat penyelidikan ini dijegal beberapa tantangan. Baik dari tekanan atasan,
rumitnya birokrasi atau yang lebih utama adalah narasumber yang tidak mau
mebeberkan apa yang sebenarnya terjadi.
Kasus pelecehan seksual dengan pelaku
adalah pemuka agama atau yang dihormati disuatu agama merupak sebuah kasus yang
sangat sensitif. Tim Spotlight berusaha untuk berada di jalur netral, dimana
mereka ingin memberitakan sebuah fenomena yang ada, tanpa menjatuhkan agama
maupun gereja. Kesensitifan kasus yang sangat tinggi ini juga merumitkan tim
Spotlight dalam mencari korban sebagai narasumber dan meyakinkan mereka untuk
mau berbicara. Tidak sedikit tim Spotlight di tolak oleh narasumbernya.
Kendala besar yang dialami oleh tim
Spotlight lagi adalah saat kejadian teroris 11 September saat gedung WTC di
tabrak dengan sengaja oleh pesawat. Tim yang sedang fokus mengerjakan
investigasi dalam kasus pelecehan seksual diminta oleh kantor membantu
peliputan tragedi 9/11 tersebut. Pergejolakan terjadi diantara tim Spotlight
sendiri, karena penyelidikan mereka bisa dikatakan sudah hampir selesai,
apalagi dihari keberangkatan Renendez meliput merupakan hari dimana pengadilan
mengabulkan tuntutan Boston Global untuk membuka dokumen rahasia gereja. Dan
tim Spotlight diminta untuk menunda penayangan berita mengenai pelecehan
seksual sampai awal tahun 2002.
Hari terbit laporan investigasi mengenai
pelecehan seksual yang dilakukan pendeta sudah mendekati, Boston Globe sadar
akan ada pengaruh yang besar dalam pemberitaannya kali ini. Bahkan pada hari
cetak Boston Globe sudah menyiapkan orang-orang yang akan berada di kantor dan
menerima telepon dari pembacanya. Hari yang dinanti tiba, kasus pelecehan
seksual pada anak-anak oleh pendeta di Boston naik cetak, banyak korban yang
tadinya sempat tertutup tidak mau menceritakan kasus besar tersebut menjadi
terbuka dan bersedia menjadi narasumber Boston Globe. Dan efek terbesar dari
pemberitaan ini adalah Uskup Kardinal Law mengundurkan dari jabatannya. Selama
6 bulan dari penerbitan pertama Boston Globe fokus memberitakan tentang kasus
pelecehan seksual yang dilakukan oleh para pendeta.
Spotlight adalah film yang sangat tepat
apabila masyarakat ingin mengetahui bagaimana sebuah perusahaan berita
memproduksi beritanya hingga dapat diberikan masyarakat. Jurnalistik adalah proses
panjang untuk mengarah pada kebenaran bagi publik. Yang dapat kita pelajari
lagi bagaimana seorang jurnalis melakukan investigasi dalam mecari informasi.
Investigasi sendiri menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah penyelidikan dengan mencatat atau merekam fakta
melakukan peninjauan, percobaan dan sebagainya dengan tujuan memperoleh jawaban
atas pertanyaan (tentang peristiwa, sifat atau khasian suatu zat dan
sebagainya).
Sedangkan jurnalisme investigasi adalah
kegiatan mengumpulkan, menulis, mengedit, dan menerbitkan berita yang bersifat
investigative, atau sebuah penelusuran panjang dan mendalam terhadap sebuah kasus yang dianggap memiliki
kejanggalan. Jurnalisme investigasi menghasilkan sebuah karya jurnalistik,
yaitu laporan investigasi. Laporan investigasi sebagai sebuah karya jurnalistik
tidak ditentukan oleh besarnya kasus yang dibongkar, melainkan manfaat atau
dampak apa yang ditimbukan setelah kasus tersebut terbongkar.
Dalam film Spotlight kita dapat melihat
bahwa dalam melakukan investigasi mereka menggunakan metode-metode yang ada,
yaitu :
1.
Material Trail, yaitu menelusuri atau mencari
jejak dan ukti-bukti dalam bentuk benda. Sesuai dengan metode Material Trail
tergambar dalam film Spotlight adalah saat mereka mengumpulkan artikel-artikel
koran yang berhubungan dengan kasus, menggugat gereja untuk membuka dokumen
rahasia serta melihat riwayat hidup dari pendeta yang pernah bekerja di Boston.
2. People Trail, yaitu mencari jejak-jejak orang
yang terlibat atau yang bertanggung jawab atas kasus tersebut. Sesuai dengan
metode People Trail tergambar Dallam film bagaimana tim Spotlight setiap
harinya mendata orang-orang yang kemungkinan ada didalam kasus tersebut. Tim
Spotlight pun mandatangi orang- orang tersebut, seperti korban, mantan pelaku
pelecehan, pengacara hingga keluarga korban.
3.
Money Trail, atau follow the money. Mengikuti
lairan uang atau mencar jejak hang. Dalam film ini ada sedikit diceritakan bagaimana tim pengacara yang awalnya membantu korban malah mengambil uang korban dari hasil tuntutan yang dimenangkannya.