Selasa, 17 Januari 2017

Indonesia Perangi Hoax
Sidang pertama Gubernur Petahana Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dalam kasus penistaan agama meninggalkan beberapa cerita kontroversi di masyarakat. Dalam sidang perdananya itu Ahok dinilai banyak berbohong oleh beberapa kalangan. Salah satu pernyataan Ahok yang kemudian memicu beredarnya berita dan foto hoax mengenai dirinya rutin mengunjungi makam ibu angkatnya tanpa menggunakan alas kaki demi menghargai keyakinan orang tua angkatnya.

sumber : turnbackhoax.com/foto hoax
Menanggapi pernyataan Ahok saat persidangan kemudian beredar foto Ahok sedang mengunjungi makam yang belum diketahui milik siapa, saat itu Ahok menggunakan alas kaki. Dalam foto yang diunggah oleh kompas.com disebutkan bahwa Ahok mengunjungi makam ibu angkatnya di TPU Karet Bivak. Bahkan ada sebuah situs media yang ikut memberitakan tentang hal tersebut.
sumber : turnbackhoax.com

Belakangan ini, masyarakat makin tidak bisa membedakan mana berita yang bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya dan mana berita hoax. Semakin berkembangnya media sosial dan dunia digital, semakin mudah juga berita bohong atau hoax berkemang di masyarakat. Polri bahkan mengimbau masyarakat untuk tidak mudah menyebarkan informasi yang belum terbukti kevalidannya alias hoax.
Melihat semakin marak berita fitnah dan hoax tersebut, beberapa orang pembuat aplikasi yang tergabung di dalam Masyarakat Anti Fitnah Indonesia mengembangkan sebuah aplikasi bernama Turn Back Hoax. Turn Back Hoax adalah aplikasi berbasis crowdsourcing yang dirancang untuk mengumpulkan berbagai informasi fitnah dan hoax yang beredar di internet. Dalam aplikasi ini masyarakat diajak untuk melaporkan berita-berita yang dianggap hoax dan dapat meresahkan.

Presiden Joko Widodo dibeberapa kunjungannya tidak segan untuk mengkampanyekan gerakan Turn Back Hoax. Bahkan di sebuah kesempatan Jokowi mengatakan bahwa media sosial menjadi penyumbang utama mengalirnya berita-berita hoax

Masyarakat Harus Lebih Pintar

Dalam kasus ini masyarakat diajak untuk lebih pintar dalam memilih dan menyampaikan berita yang diterima. Masyarakat sekarang khususnya generasi milenia cenderung lebih senang melihat berita dari apa yang diunggah oleh rekan di media sosialnya atau broadcast message yang diterimanya. Berbanding terbalik dengan perkembangan dunia digital yang sudah memudahkan masyarkat untuk mengunduh aplikasi portal berita online dalam smartphone

Di situs resmi milik Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, menyebutkan bahwa Indonesia adalah "raksasa teknologi digital Asia yang sedang tertidur". Pada tahun 2018 diperkirakan jumlah pengguna aktif smartphone di Indonesia mencapai lebih dari 100 juta orang.  Dengan jumlah sebesar itu, Indonesia akan menjadi negara terbesar keempat sebagai pengguna aktif smartphone setelah Cina, India dan Amerika. Sebuah portal resources http://www.alexa.com/topsites/countries/ID 10 besar laman yang di unduh masyarakat Indonesia pertanggal 17 Januari 2017 hanya 3 portal berita yang menduduki 10 besar.

Sepanjang 2016, Direktorat Reskrimsus Polda Metro Jaya menyebut ada ribuan akun media sosial dan media online yang menyebarkan informasi hoax, provokasi hingga SARA. Dari angka tersebut sebanyak 300-an diantaranya telah diblokir. Keseriuan pemerintah dalam memerangi berita hoax yang dapat menghasut dan meresahkan masyarakat adalah mengesahkan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Pelaku penyebar kabar atau berita bohong bisa dianggap melanggar Pasal 28 Ayat 1. Di dalam pasal UU ITE ini disebutkan : "Setiap orang yang dengan sengaja dan atau tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan, ancamannya bisa terkena pidana maksimal enam tahun dan denda maksimal Rp 1 miliar."

Ada beberapa hal yang bisa mempengaruhi berita hoax cepat beredar :

  1. Masyarakat Indonesia cenderung hanya membaca judul berita bukan baca berita.
  2. Malas verivikasi sumber berita yang dibacanya.
  3. Lebih senang membaca berita melalui media sosial atau broadcast message dibanding membaca koran atau portal berita.
Solusi

Peran pemerintah dan masyarakat dalam memerangi berita hoax yang beredar saat ini sama besarnya. Pemerintah harus lebih memperketat terutama tentang perizinan portal berita yang sudah semakin banyak dan sulit untuk diverivikasi ketepatan beritanya. Seperti yang sudah dilakukan oleh Facebook saat ini, melihat aplikasi buatannya sudah banyak digunakan untuk memprovakasi banyak orang dengan isu SARA dan propaganda Mark Zuckerberg menggandeng google untuk mengambil langkah serius. Pemerintah juga harus lebih banyak bekerja sama dengan media sosial yang paling banyak digunakan di Indonesia utuk meredam berita hoax. Sosialisasi mengenai UU ITE kepada masyarakat juga harus lebih digerakkan lagi.

Masyarakat sebagai kalangan yang paling bertanggung jawab dalam penyebaran isu hoax, harus lebih rajin untuk membaca, memilah dan membedakan mana berita yang bisa dipertanggung jawabkan. Sebagai pengguna smartphone masyarakat juga harus lebih smart dalam menyebarkan berita yang ada dan tidak mudah untuk terprovokasi. Tidak bisa dipungkiri akibat dari banyaknya berita hoax yang tersebar antar kelompok saling meghujat, antar keyakinan saling membenci.













Rabu, 11 Januari 2017

First Trip to Singapore

So Excited to Singapore !. Ini adalah perjalanan pertama saya ke Singapura sekaligus perjalanan pertama saya ke luar negeri. Berawal dari mencari promo tiket murah di salah satu maskapai, akhirnya setahun kemudian saya berangkat juga ke negeri singa tersebut. Agak lama memang dari pembelian tiket sampai pemberangkatan, tapi buat saya tidak masalah demi harga tiket lebih murah.
Saya berangkat bersama tiga sahabat saya dari kecil, sekaligus tes persahabatan. Katanya walau sudah lama temenan tapi kalau belum pernah traveling bareng belum afdol. 
sumber : dok pribadi/Soekarno-Hatta International Airpot
Persiapan saya dan ketiga teman saya lumayan lama, kita sempat beberapa kali ketemu untuk bahas budget dan itenary selama 5 hari disana. Hari yang dinanti pun tiba, saya berangkat dari bandara Soekarno Hatta sore hari dan sampai Singapura di malam hari. Sampai bandara yang langsung ada dibenak saya adalah “ini bandara Changi gede banget !”. Dari pemeriksaan di imigrasi bandara kami harus jalan kaki lanjut naik Sky Train  bandara untuk keluar dari terminal kami turun menuju transportasi publik.
Hal pertama yang kami lakukan adalah membeli kartu MRT, harganya 12 dollar Singapura dengan saldo awal 7 dollar Singapura. Saran saya, lebih baik pinjam punya saudara atau teman yang pernah ke Singapura terus isi ulang saldonya, agar lebih murah. 
sumber : dok pribadi/ez-link
Setelah membeli tiket MRT kami pun menuju hotel di daerah Little India tepatnya di Desker Road. Satu tips dari saya apabila kalian belum pernah keluar negeri atau belum pernah mengunjungi negeri tersebut baiknya jangan sampai di malam hari. Hal naas pertama terjadi pada kami berempat, karena masih awam dengan MRT dan kondisi stasiun yang kalau mau transit berjauhan akhirnya kami salah turun dan nyasar. Enggak kebayang juga sih Singapura yang saya anggap negara metropolitan ternyata jam 11 malam sudah sepi banget, beda sama jakarta yang masih macet. Karena salah turun dan susah  untuk bertanya akhirnya kami pilih naik taxi. Jarak kurang lebih 1km kami bayar 6 dollar Singapura, hari pertama niat mau hemat malah buntung. 
Sesampainya di hotel ternyata cobaan di hari pertama belum juga selesai. Ini bisa jadi pembelajaran buat yang mau ke Singapura, jangan telan mentah-mentah review orang tentang kualitas hotel dan fasilitas yang kita dapat. Jadi sebelum pergi kami cari hotel dengan budget semurah-murahnya, dapat kapasitas 3 orang dengan harga murah. Setelah baca review ada beberapa orang yang komentar tentang hotel yang kami pilih bahwa 1 kamar kapasitas 3 orang bisa diisi 4 orang tanpa tambahan biaya. Lain cerita setelah sampai, pihak hotel tahu kalau kami mau sedikit nakal, memasukkan orang lebih dari kapasitasnya. Setelah debat panjang akhirnya kami sepakat setiap harinya menambah biaya 25 dollar yang ditotal 4 hari menginap jadi 100 dollar. Lagi-lagi mau untung malah buntung, karena jadi keluar uang lebih banyak dibanding kami dari awal sudah memesan 2 kamar untuk 2 orang.
Sesuai jadwal yang sudah saya dan teman-teman buat, hari kedua sampai kami mengunjungi ikon negeri singa tersebut di Merlion Park. Biar sah kalau saya sudah ke Singapura, hukumnya wajib foto dengan latar belakang patung merlion
dok. pribadi/merlion park

dok. pribadi/merlion park

dok. pribadi/merlion park
Ini yang jadi tujuan utama saya ke Singapura, Universal Studio Singapore. Yeay akhirnya bisa kesini juga!. Untuk pembelian tiket USS ini saya juga sudah membelinya saat di Indonesia menggunakan sebuah agen perjalanan. Sedikit was-was juga sih karena tiket online kami baru dikirim sehari sebelum kami ke USS, alhasil pagi-pagi kami mesti cari tempat print untuk cetak tiket kami. Lagi-lagi hotel kami tidak bisa memenuhi permintaan "numpang print", alasannya tidak punya mesin print. Tiket USS kami beli seharga 59 dollar atau sekitar 570.300 rupiah. Kami memilih hari ketiga dan seharian penuh untuk berada di USS, biar puas main dan ga rugi sudah bayar mahal. Jam buka USS adalah jam 11.00 - 18.00 waktu Singapura. 
dok. pribadi/Universal Studio Singapore

Ada baiknya sebelum datang ke USS cari tahu tentang wahana permainan yang ada di sana agar tidak tertipu dengan nama permainan yang imut-imut. Secara keseluruhan semua permainan di USS adalah roll coster. Tujuan utama saya ke USS adalah mengunjungi wahana Madagaskar. Saya seperti kembali menjadi anak-anak ketika bertemu dengan tokoh idola saya di film Madagaskar. Untuk melihat atraksi Alex, Gloria, Raja Julien dan keempat pasukan penguin yang licik tapi pintar di film Madagaskar. Saya duduk paling depan tidak mau kalah dengan anak-anak demi hasrat liat idola. 
dok. pribadi / Universal Studio Singapore

dok. pribadi / Universal Studio Singapore

dok. pribadi / Universal Studio Singapore
Ada 1 lagi wahana yang menjadi idola saya yaitu Jurassic Park Rapids Advanture. Ini adalah wahana arung jeramnya USS. Naik wahana ini saya harus antri kurang lebih 1 jam, karena memang wahana ini juga jadi idola setelah wahana Transformer 4G. Untuk naik wahana ini persipkan baju ganti yah atau rain coats. Di USS juga menjual rain coats harganya 3 dollar, tapi kalau kita sudah tau mau ke USS dan naik wahana itu, baiknya persiapan dari Indonesia bawa rain coats seharga 10ribu yang bisa langsung buang.
Seperti perkiraan saya dan teman-teman, kita baru selesai main semua wahana pada jam 6 sore. Berhubung jam 6 sore waktu Singapura masih seperti jam 4 waktu Indonesia, kami memutuskan mampir ke China Town untuk lihat oleh-oleh apa yang bisa kami beli disana.
Destinasi terakhir saya di Singapura adalah Madame Tussaud Singapore. Lokasinya masih sama dengan USS yaitu di Sentosa Island. Untuk menuju Sentosa Island kita punya dua pilihan, jalan kaki yang ternyata super jauh atau naik Sky Train seharga 4 dollar dari Vivo City Mall. Harga tiket Madame Tussaud saya beli seharga 38 dollar atau sekitar 368.800 rupiah.
dok.pribadi/Sentosa Island
Di Madame Tussaud Singapore sendiri terdapat 60 patung lilin yang terdiri dari 7 galeri yang di sesuaikan dengan profesi tokoh tersebut. Di awal pintu masuk pengunjung sudah disambut dengan presiden pertama Indonesia bapak Ir. Soekarno dan Presiden pertama RRC Mao Zedong. Wisata di Madame Tussaud bisa juga disebut wisata selfie. Karena setiap pengunjung pasti akan mengajak patung-patung lilin tersebut untuk foto bersama. Seperti saya ini, foto bareng Oprah Winfrey seolah-olah saya diundang menjadi bintang tamu diacaranya. 
dok. pribadi/ Madame Tussaud Singapore
Dan foto terbaik menurut saya adalah ketika saya melepas kangen dengan CR7 atau Cristiano  Ronaldo sekaligus olahraga bareng dengan David Bechkam. Kemudian saya senyum puas setelah keluar dari Madame Tussaud. Sampai ketemu lagi mas Cris!.
Dok. Pribadi/Madame Tussaud Singapore

Dok. Pribadi/Madame Tussaud Singapore
Pertama kali keluar negeri dan pertama kali ke Singapura, buat saya tidak susah hanya mahal. Tidak susah karena sebagian dari orang Singapura bisa berbahasa Indonesia, jadi saya tidak perlu malu berbicara bahasa Inggris seadanya. Petunjuk jalan atau informasi transportasi di Singapura pun sangat mudah ditemui. Selain tersesat saat pertama datang, saya tidak tersesat lagi sampai 5 hari kemudian. Pilihan transportasinya banyak, mau dari yang murah menggunakan MRT sampai yang mahal menggunakan taxi. 
Untuk biaya makan dan oleh-oleh harganya cenderung lebih mahal dibandingkan di Indonesia. Beda cerita ketika saya beli barang elektonik disana harganya jauh lebih murah di Singapura dibanding Indonesia, dan yang lebih happy karena cash back-nya juga banyak. Satu lagi kesan saya setelah kesana, untuk ke Singapura cukup lah 3 hari ga usah lama-lama.